Sabtu, 03 November 2018

Sejarah - Asal Usul Daerah Timbangan Indralaya Utara

Asal Usul Daerah Timbangan Indralaya Utara

Awal mula nama Timbangan tidak terlepas dari tempat penimbangan beban kendaraan di Timbangan Indralaya Utara. Penimbangan beban kendaraan ini sudah ada sejak sekitar tahun 1965an. Daerah ini merupakan daerah yang strategis dimana dilalui oleh 2 jalan lintas utama yaitu jalan lintas timur sumatera dan jalan lintas tengah sumatera. Pertemuan 2 jalan inilah yang menyebabkan arus lalu lintas sangat padat, dimana banyak berbagai kendaraan yang melintas baik dari arah Palembang menuju Kayu Agung/Prabumulih maupun arah sebaliknya. Tepat dipertemuan kedua jalan ini, terdapat sebuah monumen patung pahlawan Ogan Ilir yaitu, Letnan Muchtar Saleh. Sebelum direnovasi, Bentuk monumen patung Timbangan dulunya tidaklah sebesar sekarang, monumen tersebut hanya terdiri dari pondasi kecil dengan seorang tokoh pahlawan yang berdiri diatasnya. Di belakang monumen inilah aktivitas penimbangan dilakukan, terdapat sebuah timbangan cukup panjang seperti jembatan yang akan menimbang kendaraan yang melalui jalan ini, kendaraan yang di timbang mulai dari truk, fuso dan lain sebagainya.

Sebelum dinamai Timbangan daerah ini masih sangat sepi. penduduk yang tinggal disini sedikit dan bisa dihitung dengan jari. Banyaknya hewan buas seperti harimau menjadikan tempat ini kurang diminati. Namun seiring perkembangan zaman banyak penduduk pun memilih menetap disini dan banyak pembangunan-pembangunan yang mulai dilakukan di daerah ini. seperti adanya tempat penimbangan kendaraan tersebut, aktivitas penimbangan kendaraan inilah yang lama kelamaan akan menjadi cikal bakal nama daerah Timbangan, Orang yang sering melewati tempat ini akrab menyebutnya dengan nama Timbangan 32, karena letaknya berada di Km 32.

Aktivitas penimbangan kendaraan cukup dibilang ramai, itu terbukti karena banyak kendaraan yang melintas di jalan ini. Kendaraan-kendaraan yang melintasi di jalan ini akan ditimbang satu persatu. Timbangan tersebut berbentuk jembatan, dengan bagian sampingnya terdapat sebuah alat pengukur beban. Apabila beban kendaraan tersebut melebihi 5-8 ton maka muatan akan dikurangi karena dapat membahayakan keselamatan pengemudi itu sendiri. Selain itu apabila ada kendaraan yang melebihi beban yang telah ditentukan mereka akan diberi sanksi agar tidak melebihi muatannya lagi. Namun seiring berjalannya waktu, banyak para supir yang menyogok petugas agar tidak dipersulit ketika melewati tempat ini. Banyaknya penyimpangan yang terjadi membuat pemerintah memutuskan untuk menghentikan tempat operasi penimbangan ini. Hingga sejak tahun 2000an tempat penimbangan ini resmi ditutup. Dimana monumen patung yang terdapat di depannya pun juga divulgar menjadi lebih besar dan megah lagi, seperti yang dapat  kita lihat sekarang ini. Sedangkan untuk patung yang lama dipindahkan ke taman makam pahlawan kabupaten Ogan Ilir.

Tempat penimbangan kendaraan inilah yang lama kelamaan menjadi cikal bakal nama daerah Timbangan tersebut, hingga akhirnya di tahun 2007 resmi menjadi sebuah kelurahan di Indralaya Utara. Namun sayang penutupan tempat ini tidak pula diikuti oleh pelestarian oleh pemerintah. Seharusnya tempat penimbangan tersebut tetap berada disana meski pun tidak beroperasi lagi, namun pemerintah memutuskan untuk memindahkan alat tersebut ke tempat lain. Sehingga hal tersebut dapat menghilangkan identitas daerah itu sendiri. Jika pemerintah jeli, tempat tersebut dapat menjadi andalan wisata di kabupaten Ogan Ilir, salah satunya menjadi objek wisata sejarah. Seandainya alat tersebut terus dirawat dan dilestarikan pada tempatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Optimalisasi Peran Milenial Melalui Budaya Literasi untuk Mendukung Terwujudnya Sustainable Development Goals di Indonesia

sumber : coprzecytac.pl Sustainable development goals (SDGs) atau kerap kita kenal dengan tujuan pembangunan berkelanjutan merupaka...